Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Pangestu mengatakan
perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia akan bergerak lebih cepat bila
didukung oleh Pemerintah Daerah. Mereka dinilai yang paling memahami
apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif
yang ada di daerahnya masing - masing.
“Bandung Provinsi Jawa Barat termasuk salah satu daerah yang
progresif dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Mereka lebih dahulu
memiliki cetak biru untuk ekonomi kreatif sebelum pemerintah pusat.
Komunitas kreatif mereka juga jumlahnya mencapai ratusan. Pemerintah
Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah, juga cukup maju dalam memfasilitasi
ekonomi kreatif karena mereka yakin sektor ini memberikan kontribusi
yang besar. Mereka berupaya untuk menjaga kelangsungan sanggar seni agar
tetap ada orang yang belajar musik dan tarian tradisional,” jelas Mari
Pangestu dalam acara Panglaykim Memorial Dialog 2012 yang diadakan
sebagai bagian dari Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012.
Mari Pangestu menambahkan pemerintah daerah juga harus didorong untuk
memulai proses dokumentasi kekayaan budaya dan kearifan lokal. Hal
tersebut penting untuk dilakukan, selain sebagai basis pengembangan
ekonomi kreatif juga untuk melindungi Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
dari klaim pihak lain.
Mari Pangestu optimistis Indonesia dalam 10 tahun ke depan akan
sukses mengembangkan ekonomi kreatif. Menurutnya Indonesia memiliki
keunggulan dari aspek kekayaan budaya, konsumsi dalam negeri yang besar,
dan jumlah kaum muda. Yang perlu dilakukan adalah melepaskan potensi
kreatif dan mengembangkan bakat-bakat kreatif yang sudah ada secara
berkesinambungan, membuat ekosistem yang kondusif dan perlindungan HKI.
“Dalam 10 tahun dari sekarang saya berharap Indonesia memiliki i-Pop
bisa berupa musik dangdut atau keroncong, desainer fesyen kita bisa
memajang hasil karyanya di New York, dan film - film produksi Indonesia
menjadi mendunia,” ucap Mari Pangestu.
Pakar ekonomi kreatif dari Inggris John Howkins yang juga menjadi
pembicara dalam dialog ini menekankan bahwa Indonesia telah menyambut
positif era ekonomi kreatif. John yang hadir di PPKI 2012 untuk
membagikan pengalamannya kepada pelaku kreatif Indonesia menyebutkan
bahwa yang ditampilkan selama PPKI adalah bukti bahwa Pemerintah
Indonesia sudah menyadari pentingnya mengembangkan ekonomi kreatif.
“Kesempatan bagi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi kreatif
terbuka lebar. Yang paling penting adalah mempunyai ide dan keahlian
untuk memberikan nilai tambah. Ekonomi kreatif tidak memerlukan modal
besar. Banyak perusahaan menggunakan Facebook untuk memasarkan jasa dan
produk mereka. Bahkan ada perusahaan game yang memulai dari nol
untuk mengembangkan usahanya melalui Facebook dan hanya dalam dua tahun
nilai perusahaannya telah mnejadi jutaan dolar,” papar penulis buku The
Creative Economy ini.
John menggarisbawahi, bahwa mengembangkan kreativitas umumnya tidak
memerlukan modal yang besar. Yang terpenting adalah memahami proses
rantai nilai (value chain). Dengan memahami rantai nilai,
suatu ide kreatif bisa disampaikan ke calon investor. Umumnya bila ide
tersebut akan direalisasikan tidak bisa langsung dijual ke pasar tapi
harus difasilitasi oleh pihak lain yang akan akan membantu mengenalkan
dan memasarkan produk kreatif tersebut.
Baik Mari Pangestu dan John Howkins menyepakati bahwa ekonomi kreatif
adalah sebuah proses memberikan nilai tambah terhadap sesuatu yang
sudah ada dan menjadikannya berkesinambungan. Mari Pangestu mencontohkan
kain songket Palembang yang sekarang ini banyak dipadupadankan dengan
batik. Cara ini akan mempopulerkan dan melestarikan keberadaan songket
dan batik.
John menceritakan pengalamannya di Afrika yang mengembangkan produk
dengan teknik sederhana. Untuk memberikan nilai tambah dilakukan
pengembangan dari aspek desain, marketing, dan distribusi. Dengan cara ini keuntungan penjualan produk tersebut akan semakin meningkat.
sumber:
http://www.budpar.go.id/budpar/asp/detil.asp?c=16&id=2006 |
0 komentar:
Posting Komentar