Jumat, 14 Desember 2012

Pengertian dari Nama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

nah ini dia pengertian dari namaHMI atau Himpunan Mahasiswa Islam adlah sebuah organisasi Islam kalangan mahasiswa muslim di Indonesia. Organisasi ini begitu strategisnya di era sekarang ini hingga sebagian besar nama-nama besar politikus muslim di Indonesia berasal dari HMI. Sejarah Berdiri dan Tokoh-tokohnya HMI didirikan di Yogyakarta Jawa Tengah Indonesia pada 5 Februari 1947. Ketika itu keadaan
politik di Indonesia masih di tandai oleh daya upaya bersemangat rakyat melalui revolusi utk memenangkan kemerdekaan nasional dari kekeuasaan Belanda. Berdirinya HMI banyak diilhami oleh gagasan-gagasan yg dirumuskan oleh Jong Islamieten Bond dgn Islam Studies Club-nya. Itulah sebabnya HMI banyak memusatkan perhatiannya pada tujuan-tujuan jangka panjang Jong Islamieten Bond. Tujuan semu ingin meyakinkan para cendekiawan muslim muda agar sambil mengejar pendidikan akademisnya juga menjunjung agama Islam. Dengan menempuh ikhtiar demikian itulah mereka dapat ditempa menjadi intelektual ulama sekaligus ulama-intelektual. Prakarsa utk mendirikan HMI dilakukan oleh beberapa orang mahsiswa universitas Islam di Yogyakarta Jawa Tengah atau di sekolah tinggi Islam. Mereka kemudian menjadi kalangan pemimpin yg pertama. Lafran Pane Kartono Dahlan Husein dan Maisaroh Hilal semuanya mahasiswa sekolah tinggi Islam. Mewreka menyelenggarakan sebuah pertemuan utk membicarakan bagaiman seharusnya menghadapi tantangan zaman dan menyusun pedoman sebagai penyalur cita-cita para cendekiwan muslim muda. Pertemuan yg dipimpin oleh Lafran Pane itu diselenggrakan di sebuah gedung yg sekarang dimiliki oleh Pastoran Katolik Roma di Jalan Senopati 30 Yogyakarta. Pertemuan diadakan pada 5 Februari 1947 dalam hari kuliah seperti biasa. Kuliah hari itu mengenai tafsir Qur’an yg di berikan oleh Profesor Hussin Yahya dahulu dekan jurusan Sastra Arab pada IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah mendapat persetujuan professor Lafran Pane memberikan pernyataan resmi bahwa sebuah organisasi utk semua mahasiswa muslim telah didirikan dan diberi nama Himpunan Mahasiswa Islam . Ketika diwawancarai Lafran Pane menegaskan bahwa keputusan yg tergesa-gesa utk mendiriakn organisasi tersebut disebabkan oleh kebutuhan mendesak bagi para cendekiawan muslim muda utk ikut serta di dalam perjuangan kemerdekaan nasional dan terutama utk melestarikan dan mengamankan ajaran-ajran Islam. Pertemuan tersebut mensahkan Lafran pane sebagi ketua pertama HMI. Kemudian beberapa orang lain dari kelompok pemula ini menjadi pimpinan-pimpinan terkemuka tersebut. Di antaranya Sanusi seoarang insinyur dan belakangan menjadi menteri dalam kabinet RI dari partai Masyumi; Anton Timoer Jaelani mantan Inspektur Jenderal Departemen Agama dan berijazah M.A. dari McGill University di kanada; dan Akhmad Tirtosudiro Jenderal Angkatan Darat. Kegiatan HMI di Bidang Pendidikan Umat Islam Indonesia dalam berbagai cara telah berusaha meningkatkan kualitas organisasi sosioedukasi dan politiknya. Pendidikan agama pertama-tama diberikan di rumah di tengah-tengah kelurga tatkala anak masih balita. Tujuan utama pendidikan pada tingkat ini ialah utk mengajar anak agar dapat membaca dan menghafalkannya beberapa surat Alquran serta utk menghafalkan doa-doa pendek utk kegiatan sehari-hari seperti doa hendak makan setelah makan hendak tidur setelah tidur dll. Untuk pendidikan lbh lanjut pada kesempatan-kesempatan tertentu anak juga diharuskan belajar kepada seorang guru. Pada tingkat dasar pendidikan ini tidak dilakukan usaha-usaha agar anak dapat memahami Alquran. Pelajaran disampaikan kepada para siswa yg duduk mengelilingi guru dan tidak di dalam sebuah kelas yg teratur. Disamping pelajaran membaca Alquran para murid di perintahkan utk melakukan salat Jumat. Pada umumnya pelajaran diadakan pada waktu sore dan petang hari. Mereka yg tidak ingin melanjutkan pelajarannya lbh lanjut dapat berhenti pada tingkat dasar ini. Tetapi bagi mereka yg ingin memperoleh pengetahuan lbh luas terdapat banyak lembaga-lembaga lain yg di Jawa terkenal dgn nama pesantren dan di Sumatera dgn nama Surau. Di pondok pesantren ini para siswa diberi pelajaran bahasa arab dan jurisprudensi Islam . Pada lemabaga-lembaga ini pula para siswa diajarkan memahami isi Alquran dan hadis. Di Jawa pemimpin pondok pesantren disebut kiai sedangkan siswa-siswinya disebut santri. Selanjutnya istilah santri biasa digunakan sebagai istilah teknis yg di peruntukan bagi para muslim Indonesia yg saleh melaksanakan dgn sadar lima rukun Islam. Adapun muslim yg sekedar nama yg sangat tidak acuh di dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam dikenal sebagai abangan . Selain bertujuan agar pandai membaca Alquran dan mengerti tentang agama para santri memasuki pesantren juga ada maksud lain yaitu utk dapat berbagai berkat/barakah dari sang kiai. Di mata umat kiai adl tokoh ulama yg memiliki bebagai pengetahuan tentang Islam sekaligus sebagai tokoh spiritual yg disegani masyarakat. Seorang kyai bukan sekadar seorang manusia dgn ilmu pengetahuan keagamaan tetapi juga seorang yg dianugerahi dgn kekuatan illahi yg pendapatnya di dalam segala masalah dianggap sebagian besar ummat tak bisa salah dan orang yg harus ditaati tanpa bertanya. Holland Indische School dan Schakel School adl sekolah utk tingkat dasar atau tingkat pertama. Lembaga-lembaga pendidikan ini sekular sama sekali namun demikian agama diajarkan utk memberikan moral kepada para pealajar. Dalam masa perjuangan bersenjata sebuah universitas Islam didirikan di Yogyakarta yg pada tahun 1951 pindah ke Solo. Pada saat selanjutnya lembaga-lembaga serupa didirikan pula di daerah-daerah lain yg sepenuhnya di bawah naungan kementerian agama dan bukan kementerian pendidikan dan kebuadayaan. Untuk meningkatkan pendidikan agama pada tingkat yg lbh tinggi didirikan pula Perguruan Tinggi Agam Islam Negeri yg kemudian berganti nama menjadi Institut Agama Islam Negeri di semua ibu kota propinsi. Karena campur tangan pemerintah serta adanya ide-ide pemikiran sekular dari para tokoh sekular dalam perkembangannya sekarang ini IAIN lbh bercorak sebagai sebuah perguruan agama Islam yg bersifat sekular. Secara tidak disadari di kalangan para cendekiawan muslim jebolan perguruan sekular lbh berorientasi kepada ilmu atau islamologi. Selain meningkatkan mutu pendidikan organisasi sosial yg berusaha meningkatkan kesejahteraan sosial kaum muslim juga didiriakan. Organisasi pertama dgn corak demikian itu di Jawa dimulai dalam tahun 1905 dgn nama Jamiat Khair. Meskipun sebagian besar anggotanya adl orang-orang Arab atau keturunan Arab tercatat juga sedikit nama-nama pribumi. Salah seorang di antaranya ialah K.H. Ahmad Dahlan orang yg kemudian terkenal sesudah berhasil mendirikan sebuah organisasi pembaharu yg paling berpengaruh bagi kaum muslim hingga sekarang ini yaitu gerakan Muhammadiyah. Jamiat Khair sangat giat dalam mendirikan sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat menengah dan dgn penekanan pengajaran pada berbagai mata pelajaran seperti misalnya ilmu hitung sejarah ilmu bumi dan sebagainya. Bahasa pengajaran bahasa Indonesia krn kebanyakan anak-anak Arab itu sampai sekarang pun lbh banyak yg berbahasa Indonesia daripada berbahasa Arab. Diajarkan pula bahasa Inggris bukan Belanda. Beberapa orang guru didatangkan dari negara-ngara Arab. Di antara mereka yg terkemuka ialah orang yg bernama Akhmad Soorkati dari Sudan. Ia kemudian mendirikan sebuah oganisasi dgn nama Al-Iryad . Akibat pertentangan di dalam tubuh Jamiat Khair itu sendiri menyebabkan Akhmad Soorkati mendirikan Al-Irsyad. Gerakan Al-Irsyad lbh berwatak tegas yg cocok dgn semangat cita-cita kaum pembaharu atau modernis Muslim. Titik berat lbh di tekankan kepada mempelajari tauhid usul al-figh dan sejarah krn bagi mereka pendidikan pertama-tama berarti memepersiapkan manusia utk menjawab seruan Tuhan siap berkorban jiwa dan raga tanpa syarat. Pendidikan ditinjau dari sudut itu ialah mendidik demi kewajiban dan ibadah terhadap Tuhan. Keterlibatannya yg mendalam terhadap panggilan utk menyebarkan cita-cita kaum pembaharu muslim gerakan Al-Irsyad pun telah mengilhami kaum muslim di Indonesia dgn cita-cita kemerdekan dan persamaan. Sesungguhnya cita-cita inilah yg telah menjadi penyebab selain sebab-sebab lainnya terjadinya perselisihan di antara mereka dan dgn Jamiat Khair. Tetapi itulah pula mengapa Al-Irsyad mendapat dukungan luas di kalangan awam dan mempunyai pengaruh lestari hingga sekarang. Sebuah organisasi yg dinamakan Perserikatan Ulama serupa dgn Jamiat Khair Arab itu didirikan oleh kaum muslim Indonesia yg terutama terdiri dari para ‘ulama’. Pemrakarsanya ialah H. Abdul Halim dari Majalengka Jawa Barat. Ia berpendidikan di Mekah dan sangat paham terhadap karya-karya al-Afghani dan ‘Abduh. Organisasi ini banyak memiliki dan mengelola sekolah-sekolah yg mengajarkan mata pelajaran sekuler modern. Yang terpenting di antaranya ialah lembaga pendidikan yg dinamakannya Santi Asrama kata-kata sansekerta dipakainya utk nama itu dan bukan Arab. Pelajaran sekular tersebut tidak hanya terdiri pelajaran-pelajaran yg bersifat umum tetapi juga pelajaran tentang kerajinan tangan perdagangan dan pertanian. Perserikatan Ulama dgn tegas menentang gagasan pemisahan total antara masalah surgawi dan duniawi atau antara agama dan negara serta tegas berpihak pada mazhab hukum Syafi’i. Pada tahun 1912 berdiri sebuah organisasi keagamaan Islam pembaharu oleh K.H. Ahmad Dahlan yg diberi nama Muhamadiyah di Yogyakarta. Tujuan utama organisasi ini ialah utk menyebarkan keimanan Islam di kalangan penduduk dan utk meningkatkan kehidupan beragama di kalangan anggotanya. Seperti halnya gerakan lain yg memiliki kecenderungan pembaharuan maka utk mencapai tujuannya tersebut didirikanlah sekolah-sekolah balai-balai pengobata rumah sakit rumah-rumah yatim piatu took-toko hingga universitas dgn mata pelajaran keagamaan dan nonkeagamaan serta dgn melaksankan dakwah Islam seluas-luasnya. Pada tahun 1920 menyusul gerakan keagamaan yg hampir sama dgn Muhamadiyah namun sedikit lbh keras adl yg didirikan oleh A. Hasan di Bandung Jawa Barat. Organisasi ini menempuh sikap bermusuhan yg lbh keras terhadap penguasa pendudukan Jepang dan menyelenggarakan perdebatan umum dgn orang-orang yg memiliki pendapat yg berbeda-beda tentang doktrin-doktrin keagamaan. Seperti gerakan-gerakan lain yg berkeyakinan sebagai pembaharu tujuan utamanya ialah menyeru umat manusia utk memenuhi kewajibannya melaksanakan sepenuhnya hukum Islam sebagaimana di perintahkan oleh Alquran dan sunah. Tahun 1925 berdiri Jong Islamieten Bond oleh seseorang yg bernama R. Sam belakangan terkenal dgn nama Syamsurijal mantan walikota Jakarata dan anggota aktif partai poltik Islam Sarekat Islam. Berkat kegiatan Jong Islamieten Bond ini banyak cendekiawan Muslim muda yg tercegah meluncur jauh dari ajaran-ajaran Islam sementara mereka tetap tekun menuntut ilmu pengetahuan. Melalui Islam Studie Club salah satu program di antara kegiatan-kegiatan Jong Islamieten Bond mereka memperbincangkan masalah-masalah mutakhir yg penting seperti misalnya “Islam dan Kebebasan Berpikir” “Poligami dan Islam” “Perang dan Etika di dalam Islam” “Peranan dan Kedudukan Wanita di dalam Islam” “Islam dan Nasionalisme” dan lain-lain. Sebagai organisasi pembaharu bagi kaum cendekiawan muslim muda Bond ini tidak pernah kehilangan wataknya yg berkebangsaan. Riwayatnya tamat oleh pemerintahan pendudukan Jepang. Tahun 1905 K.H. Samanhudi di Jawa Tengah mendirikan Sarekat Dagang Islam. Ia merupakan sebuah organisasi dagang utk membantu para pedagang muslim bersaing dgn lbh berhasil menghadapi kemajuan pedagang Cina yg sedang berkembang. belakangan nanti ketika organisasi ini mendapatkan nama barunya Sarekat Islam dalam tahun 1912 pimpinan Haji Samanhudi digantikan oleh H.O.S. Tjokroaminoto seorang yg memiliki kharisma besar seorang bangsawan terpelajar dgn pengalaman lama didalam birokrasi pemerintahan. Di bawah pengaruhnyalah lingkup organisasi ini meluas bukan hanya masalah-masalah perdaganagn dan ekonomi tetapi juga sosoial keagamaan dan politk sekaligus. Pergantian namanya itu benar-benar mencerminkan kawasan garapannya yg luas. Sesudah masa penyusunan di bawah pimpinan Tjokroaminoto Sarekat Islam di pimpin oleh dua orang terkemuka yg seperti Tjokroaminoto juga kemudian menjadi pejuang kemerdekaan terkemuka di gelanggang politik yaitu Haji Agoes Salim dan Abdul Muis. Di bawah pimpinan tiga orang tokoh tersebut Sarekat Islam berkembang sangat pesat. Pada konggresnya yg pertama tahun 1916 anggotanya telah mencapai 360.000 orang. Karena sikapnya yg berpihak kepada rakyat banyak dalam perjuangan mereka melawan yg berkuasa. Watak militan yg semakin berkembang pada organisasi ini menimbulkan ketakutan bagi kalangan pemerintah sehingga tahun 1918 ketika parlemen kolonial Volksraad itu dibuka secara resmi pemerintah kolonial mengakui Sarekat Islam utk mewakili kepentingan pribumi di dalam badan legislatif tersebut. Ketika popularitas organisasi ini semakin kentara golongan-golongan lain berusaha mengendalikan gerakan ini. Yang terpenting di antaranya ialah golongan-golongan yg berkecenderungan komunis dan terpengaruh keberhasilan revolusi Rusia yg baru saja berlalu. Menyadari pesatnya organisasi ini pemerintah berusaha merongrongnya dgn cara menempatkan tokoh-tokoh pemimpin sayap kiri di cabang-cabang lokal. Dalam perkembangannya terjadi jarak antara pimpinan pusat dgn daerah sehingga timbul permasalahan komunikasi di mana pusat tidak bisa mengontrol kegiatan di daerah. Gerakan tokoh kiri seperti Semaun dan Darsono dgn dibantu oleh Hendrik Sneevliet seorang anggota partai sosialis di Negeri Belanda akhirnya berhasil menguasai pimpinan atas cabang lokal Sarekat Islam di Semarang Jawa Tengah. Di bawah pimpinan tiga tokoh kuat ini idiologi Komunis disusupkan ke dalam politik nasional Sarekat Islam. Tahun 1923 melalui tindakan tegas yg dipaksakan oleh konggres mereka yg berkecenderungan komunis dipaksa utk mendirikan organisasi sendiri. Pertama dikenal dgn nama Sarekat Islam Merah yg kelak akan menjadi Partai Komunis Indonesia. Partai Komunis terus giat hingga pada permulaan pendudukan Jepang ketika itu kemudian dilarang tetapi timbul kembali sesudah perang dunia II. Selama perjuangan kemerdekaan partai ini ikut ambil bagian dalam merebut kemerdekaan tetapi kemudian ditindak oleh pemerintah Indonesia di kemudian krn keterlibatannya dalam usaha coup d’etat dalam tahun 1948. Kemudian Presiden Soekarno mengijinkan dihidupkan kembali tetapi dinyatakan terlarang pada zaman Soeharto. Kemudian di era reformasi ini Gusdur menyatakan kebebasan kembali semua idiologi. Tahun 1931 utk menegaskannya sebagai sebuah gerakan politik yg memiliki kekutan riil demi kepentingan Indonesia nama Sarekat Islam berganti menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia yg tahun 1971 dikenal dgn singkatan PSII. Dari tahun 1931 hingga pendudukan Jepang PSII merupakan partai politik Muslim paling berpengaruh yg pernah ada di Indonesia. Semasa pendudukan Jepang pada tahun 1943 PSSI bersama dgn organisasi-organisasi Islam yg ada meleburkan diri ke dalam Masyumi sebagi kependekan dari Majelis syura Muslimin Indonesia. Persatuan ini tidak berlangsung lama. Dalam tahun 1947 dua tahun sesudah Proklamasi Kemerdekaan terjadilah perpecahan yg pertama. PSSI lama kembali didirikan. Dalam tahun 1952 selama berlangsung konferensi tahunannya di Palembang Sumatera Selatan kaum ulama yg hanya diberi kedudukan sebagai penasihat di dalam pimpinan Masyumi menuntut suara lbh banyak utk mengisi kursi-kursi pimpinan yg diduduki oleh orang-orang awam dgn pandangan keagamaan pembaharuan. Karena tuntatan ini tidak pernah terpenuhi para ulama tersebut akhirnyaya memutuskan utk meninggalkan organisasi dan kemudian membentuk partai sendiri. Mereka mendirikan Nahdatul Ulama yg semula pernah berdiri dalam tahun 1926 sebagai sebuah organisasi sosial yg berpandangan keagamaan tradisionalis. Dalam masa pendudukan Jepang Nahdatul Ulama berfusi ke dalam Masyumi. Dalam tahun yg sama sebuah golongan tradisionalis lainnya telah pula meninggalkan Masyumi dan muncul di bawah nama Perserikatan Tarbiyah Indonesia yaitu Perserikatan Pendidikan Islam Indonesia. Ia didirikan di Sumatera Barat sebagai sebuah organisasi pendidikan dan sejak tahun 1952 telah menjadi sebuah partai politik muslim tradiaional yg lain. Perbedaan kecil antara Perti dan Nahdatul Ulama terletak pada bahwa yg terdahulu menuntut tradisionalisme sebagai mewakili mazhab hukum Syafi’i khususnya sedangkan yg belakangan menuntut sebagai mewakili seluruh umat yg dgn taat memeluk ajaran-ajaran ahli sunah wal jamaah. Orang-orang dari kedua golongan tersebut berselisih dgn golongan pembaharu krn pandangannya yg terlalu progresif. Dalam pandangan dua golongan tersebut kaum pembaharu adl sama seperti kaum rasionalis dan sangat dalam terpengaruh oleh cara berpikir Barat atau malahan lbh buruk lagi di bawah pengaruh langsung ideologi sosialis. Setelah tahun 1965 tatkala G 30 S/PKI gagal timbullah suatu situasi politik yg baru di dalam negeri dan mencapai titik-didihnya pada penyerahan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Suharto pada tanggal 11 Maret 1966. Pada awal pemerintahan Suharto semua pemimpin Masyumi yg dipenjarakan termasuk Muhammad Natsir dibebaskan dari penjara. Ini membangkitkan harapan akan dihidupkanya kembali Masyumi. Di luar dugaan pemerintah baru itu menolak gagasan itu. Beberapa orang di antara pimpinan Masyumi dipandang oleh pemerintah telah menentang idiologi Pancasila sedemikian jauh sehingga mereka pun dianggap memusuhi persatuan bangsa Indonesia. Tersangkutnya beberapa orang pemimpin Masyumi pada cita-cita mendirikan sebuah negara Islam di Indonesia barangkali tidak menjawab sepenuhnya mengenai penolakan pemerintah utk menghidupkan kembali Masyumi tersebut walaupun di masa lalu masalah ini telah menjadi salah satu sebab penting dalam perdebatan yg menggenting. Kebenaran hal ini barangkali akan lbh jelas jika kita mengingat bahwa gagasan utk mendirikan sebuah negara Islam bukan merupakan tujuan mantap Masyumi saja tetapi juga merupakan tujuan ideologi partai-partai politik Islam lainnya Nahdatul Ulama PSII dan Perti. Walau berbeda dgn sementara pimpinan Masyumi tersebut tak seorang pun di antara para pemimpin ketiga partai ini telah terlibat di dalam pemberontakan itu. Menelan tantangan pemerintah dgn sedikit rasa pahit sebuah badan pekerja dibentuk utk meninjau kembali kemungkinan berdirinya sebuah partai politik baru bagi golongan muslim dgn pandangan keagamaan pembaharuan yg sama sekali bersih dari pertalian apa pun dgn Masyuni dahulu. Dalam tahun 1967 terbentuklah partai baru itu dgn nama Partai Muslimin Indonesia mula-mula dikenal sebagai PMI kemudian berubah menjadi Parmusi. Dari semula Parmusi menentang persyaratan pemerintah dalam mendirikan partai baru tersebut dgn memilih sebagai ketuanya pada kongres yg pertama Muhammad Roem bekas pemimpin Masyumi dahulu yg dgn tegas tidak disetujui oleh pemeintah. Muhammad Roem kemudian diganti oleh seorang tokoh muda yg tak penah bersangkut-paut dgn Masyumi Djarnawi Hadikusumo bekas ketua Muhammadiyah di Jawa Tengah. Menanggapi campur tangan pemerintah terhadap urusan rumah tangga Parmusi dgn terbuka Muhammad Roem menyerang pemerintah Presiden Suharto di dalam tulisan-tulisannya yg menyatakan walaupun terdapat perbedaan jelas antara “orde lama” Sukarno dgn “orde baru” Saharto namun dalam hakikat keduanya sama belaka. Yaitu di bawah kekuasaan yg lama tidak ada demokrasi sama sekali sedangkan di bawah kekuasaan yg baru demokrasi itu tak kunjung datang. Sampai tahun 1972 keempat partai politik Islam PSll Nahdatul Ulama Perti dan Parmusi dgn tak mengingkari adanya perbedaan dalam berbagai masalah benar-benar mencerminkan cita-cita politik seluruh ummat di Indonesia dalam masa mutakhir. Perkembangan politik baru terjadi pada akhir tahun itu. Didorong oleh wawasan pragmatis utk menghadapi masalah-masalah perkembangan ekonomi dan politik pemerintahan Suharto melancarkan reorganisasi menyeluruh atas sistem politik yg berlaku. Kebutuhan utk mengurangi jumlah partai-partai politik mendapat perhatian utama krn di mata pemerintah partai-partai merupakan sebab pokok kegagalan Indonesia utk berkembang sebagai suatu bangsa yg modern. Partai-partai itu bukannya berjuang utk mengembangkan kepentingan nasional melainkan selalu saling cakar-cakaran dan berebut demi kepentingan masing-masing. Karena pemilu 1971 telah dimenangkan secara gemilang oleh Golongan Karya yg terutama terdiri dari para pegawai negeri dan yg di pimpin oleh anggota-anggota militer dgn segera gagasan pemerintah tersebut mendapat tanggapan positif di parlemen. DPR menetapkan sebuah undang-undang yg menuntut penyusutan jumlah partai-partai politik di dalam negeri. Maka keempat partai politik Islam itu pun dilebur menjadi satu yaitu Partai Persatuan Pembangunan . Selain PPP yg mewakili kepentingan politik ummatnya ada sebuah partai yg terbentuk melalui fusi antara lima partai politik yg disebut Partai Demoktasi Indonesia atau PDI. Partai ini terdiri dari berbagai unsur nasionalis sosialis dan Kristen baik Protestan maupun Katolik. Pada zaman Soeharto krn kecintaannya kepada kekuasaan dan takut tersingkir tokoh-tokoh Islam yg berbau keras serta oganisasi-organisasi yg berbau menentang kebijaksanaannya ditekan dan selalu diusahakan utk dimusnahkan. Banyak tokoh-tokoh muslim baik yg militan maupun yg sekular dipenjara pada masa ini. Asal berani menentang saja terhadap kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu maka akan disingkirkan. Milihat sifat politik pemerintah yg demikian HMI tidak mengambil posisi yg terlalu keras berhadapan dgn pemerintah. Hanya pada saat-saat yg tepat organisasi ini bersama dgn organisasi-organisasi mahasiswa lainnya bersatu utk menggulingkan pemerintahan Soeharto. Waktu itu Amin Rais tokoh dari UGM dgn kelihaiannya mengambil mementum yg tepat utk menjadi tokoh sentral gerakan penggulingan Soeharto oleh kalangan mahasiswa. Pada zaman Habibi pintu demokrasi dibuka lebar-lebar. Pers yg selama pemerintahan Soeharto dibungkam menjadi bebas dan kebablasan. Perubahan tatanan kehidupan politik berubah dgn sangat cepatnya hingga kursi presiden dapat digulingkan dgn waktu yg tidak mencapai lima tahun. Partai-partai politik dihidupkan kembali hingga Golkar yg tadinya nomor tiga pada zaman keemasannya setelah pemerintahan Habibi menjadi partai nomor 33. Angka 33 adl jumlah dikiran Subhanalloh Alhamdulillah dan Allahuakbar setelah salat. Ini boleh jadi Allah mengingatkan orang-orang Golkar supaya bertaubat dan berzikir mengingat Allah. Renungkan kesalahan-kesalahan di masa lampau utk kemudian menyongsong Indonesia baru Golkar baru dgn semangat perjuangan baru. Pada zaman Gus Dur lbh bebas lagi dan lbh edan. Karena bebasnya hingga paham-paham atau idiologi yg selama ini tidak diakui pemerintah dibebaskan utk hidup. Tokoh kontrovesial ini memang unik. Betapa banyaknya tokoh politik yg sehat-sehat dan pinter-pinter tetapi dgn tingkah polah tokoh ini membuat mata tertuju pada gerak-geriknya yg unik dan membingungkan umat. Dan puncak kebingungan dari umat ini pada sidang MPR pemilihan presiden diangkatlah seorang Gus Dur menjadi presiden RI yg ke-4. Meskipun telah menjadi Presiden Gusdur tetap Gusdur bahkan kontroversialnya semakin menjadi-jadi hingga jajaran pemerintahan bingung. Jurus dewa mabuk yg dijalankannya menjadikan media masa waktu itu selalu menyoroti gerak-gerik langkah sang presiden yg disebut kyai itu. Tiada hari tanpa pemberitaan Gus Dur. Puncak perhatian mata tertuju pada Gus Dur tatkala menjelang detik-detik dikeluarkannya dekrit. Boleh dikatakan apalagi di jajaran pejabat tinggi di kalangan rakyat biasa saja sebagian kalangan waktu itu semalaman banyak yg tidur. Begitu dekrti dikeluarkan terjadilah titik balik di mana yg semula tiap omongan dan perkataan Gus Dur itu diperhatikan orang mulai saat itu berbalik menjadi tidak sama sekali diperhatikan. Posisi HMI waktu itu mayoritas tidak sejalan pemikirannya dgn kebijaksanaan pemerintah yg begitu bebasnya menghidupkan semua paham-paham termasuk komunis. Kegiatan HMI di bidang Sosial Keagamaan Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh pemerintah Belanda pada akhir tahun 1949 HMI mengalihkankan perhatiannya terhadap kegiatan-kegiatan sosiao-edukasi. Prakarsanya ini mendodrong terselenggaranya muktamar akbar Pemuda Muslimin dalam tahun 1953 di Jakarta sebuah kongres yg bertujuan mempersatukan pemuda muslim di dalam mencari cara-cara yg tepat sesuai dgn ajaran Islam utk memberikan sumbangan bagi kemakmuran bangsa yg baru tumbuh. Tahun 1955 HMI dgn giat ikut serta di dalam program dan kegiatan internasional. Misalnya mnejadi anggota penuh pada Organisasi Mahsiswa Muslim Sedunia. Pada masa inilah HMI mulai menerbitkan majalah sendiri MEDIA media yag di miliki dan di pimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat. Perhatiannya di bidang kegiatan sosio-edukasi yg makin meningkat juga tercermin di dalam keputusan yg diambil oleh kongresnya pada tahun 1955. Sebagai contoh HMI mendesak menteri pendidikan utk segera mengumumkan undang-undang yg mengatur organisasi kegiatan akademi di universitas-universitas. HMI mengimbau kepada pemerintah utk memperbesar bantuan beasiswa kepada semua mahasiswa yg layak menerimanya. Ia pun menuntut kepada kementerian agama agar kepada HMI diberikan hak utk mengurus jamaah haji di Mekah. Lebih lanjut melalui yayasan pendidikan Islam itu didirikanlah sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai menengah dan bersamaan dgn itu juga didirikan sebuah sekolah utk pendidikan guru agama. Untuk memenuhi kebutuhan bimbingan riset dalam berbagai teori pengetahuan juga didirikan sebuah lembaga riset di bawah pengawasan HMI cabang Yogyakarta. Untuk mengembangkan kerja sama di bidang kegiatan kebudayaan pendidikan dan kemasyarakatan HMI ikut juga didalam Konferensi Mahasiswa Afro-Asia di Bandung dalam tahun 1955. Kecuali menjadi anggota organisasi mahasiswa muslim sedunia World Assembly of Youth sebuah organisasi pemuda yg beraliran Barat atas dasar aliran poltik HMI juga menjadi anggota Persatuan Mahasiswa Sedunia sebuah organisasi yg beorientasi agak kiri. Dalam pada itu di dalam negeri HMI ambil bagian sepenuhnya di dalam kelompok-kelompok kerja utk membantu penduduk setempat dalam membangun desanya dgn pembuatan jalan taman hiburan serta kemudah-mudahan umum lainnya. Selama tahun-tahun 1960-an sesudah masyumi dibubarkan keadaan para kader muslim pada umumnya menjadi semakin memburuk. Jalan paling baik bagi HMI agaknya ialah utk membelokkan perhatiannya sama sekali pada kegiatan-kegiatan sosio-edukasi khususnya yg bersangkut-paut langsung dgn mahasiswa. Yang terpenting di antaranya ialah pembentukan kelompok belajar bagi mahasiswa kedokteran muslim dari semua universitas di Jawa dan Sumatera. Dari musyawarah-musyawarah ini para mahsiswa kedokteran itu menjadi yakin bawa menolong rakyat melalui pelayanan kedokteran adl sejalan dgn gagasan Islam tentang dakwah. Selama masa ini juga seminar-seminar tentang pendidikan agama Islam di selenggrakan di berbagai universitas terutama mengenai masalah pendidikan wajib dalam keagamaan yg ketika itu diajarkan di semua universitas dan sekolah negeri. Pada kongresnya yg ke-7 dalam tahun 1963 setia kepada keputusan utk mengabdi kepada kepentinagn mahasiswa muslim HMI mendirikan lembaga-lemabaga sendiri di bidang kesehatan seni dan pertanian yg sekarang masih berjalan. Di bidang agama HMI bersama-sama dgn organisasi Islam lainnya menganjurkan dibentuknya sebuah majelis ulama yg terlaksana dalam tahun 1975. Sesudah terbentuk HMI merupakan salah satu di antara anggota penuh majelis. Di melalui inilah gaasan-gagasan HMI yg modern itu mulai dikumandangkan di kalangan ulama dan pejabat pemerintah. Majelis itu merupakan badan utama bagi pemerintah utk merundingkan hal-hal sehubungan dgn masyarakat Islam. Dalam program sosial pemerintah yaitu keluarga berencana HMI ikut ambil bagian. Untuk memberikan dasar hukum program kelurga berencana itu pemeritah menyodorkan sebuah rencana undang-undang perkawinan kepada DPR sebagai pengganti undang-undang yg diwarisi dari pemerintah Belanda. Undang-undang yg melarang keras poligami itu membangkitkan tentangan hebat dari golongan Islam termasuk HMI. Sikap Islam ialah menyokong undang-undang pengganti yg memungkinkan berlangsungnya poligami di kalangan Muslim dalam hal-hal khusus terentu. Ini diteriama oleh DPR dan menjadi undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974. Dengan ikut sertanya dalam masalah ini sekali lagi menunjukan bahwa HMI selalu menjawab dgn tangkas masalah-masalah yg menyangkut kepentingsn umat. Pada forum internasional HMI melanjutakn usahanya utk di perhitungkan peranannya dgn mengikuti berbagai konferensi seperti Program Kepemimpinan Mahasiswa Asia dan Pasifik yg di selenggarakan di AS sedangkan Himpunan Mahasiswa Islam Asia Tenggara di Serdang Selangor Malaysia. Dalam konferensi itu diputuskan bahwa markas besar himpunan seyogyanya di Jakarta krn pembanguan dan modernisasi telah menjadi perhatian utama pemerintah dgn penuh minat HMI ikut serta dalam memecahkan masalah-masalah universal tentang kepadatan penduduk dan urbanisasi. Dalam berbagai konferensi itu HMI dgn mendalam memperbincangkan masalah-masalah pelestarian lingkungan pengembangan perikanan dan land reform. Sejak tahun 1974 HMI telah berpandangan politik dan membantu pemerintah melaksanakan program pembangunannya. HMI melihat bahwa kemajuan tertentu telah dicapai. Tetapi HMI juga melihat bahwa penyebab penderitaan rakyat terletak pada kenyataan bahwa kemakmuran yg meningkat itu tidak terbagi secara merata. Kecaman lbh lanjut dibidikkan pada ajakan pemerintah kepada penanam modal asing utk menunjang pembangunan ekonomi. Pada hemat HMI hal ini sampai batas-batas tertentu telah memeberikan manfaat bagi perekonomian nasional yaitu dgn menciptakan lapangan kerja yg lbh banyak. Tetapi yg lbh menyedihkan sangat sering penanam modal asing tersebut merugikan para pengusaha pribumi melalui persaingan yg tak jujur krn pemerintah tidak memberikan perlindungan terhadap perindustrian dalam negeri yg di hadapkan dgn keuangan dan keahlian asing yg lbh kuat. Melanjutkan kegiatan keagamaan HMI mendesak pemerintah utk melenyapkan kegiatan aliran kebatinan dan bahkan utk menolak secara resmi yg mempersamakannya dgn agama-agama dunia. Disamping HMI terdapat lima buah organisasi mahasiswa di negeri ini dua di antaranya berdasarkan keislaman. Yang pertama ialah Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia yg mempunyai ikatan-ikatan langsung dgn partai politik Nahdatul Ulama dahulu dan oleh karenanya kuat berkecenderungan kepada golongan tradisionalis di kalangan umat. Anggota-anggota PMII terutama di lembaga-lembaga pendidikan keagamaan dan di IAIN-IAIN di seluruh tanah air namun demikian lbh kecil jumlahnya ketimbang HMI. Menurut beberapa orang anggota HMI hubungan antara HMI dan PMII tepat sama seperti hubungan antara golongan tradisional dan golongan pembaharu di dalam umat. Organisasi yg kedua ialah Ikatan mahasiswa Muhammadiyah . Seperti namanya ia pun mempunyai ikatan langsung dgn gerakan pembaharu Muhammadiyah. Secara ideologi IMM dan HMI mempunyai wawasan yg sama tetapi HMI merupakan sebuah organisasi yg bebas. Barangkali kita akan heran mengapa Muhammadiyah memandang perlu utk membentuk organisasi mahasiswanya sendiri. Menurut salah seorang anggota HMI jawaban atas pertanyaan itu ialah bahwa selama masa pemerintahan Presiden Sukarno dahulu utk mendapatkan persetujuan dariya sebuah organisasi harus dapat membuktikan bahwa ia mempunyai dukungan kuat dari masyarakat luas. Untuk memenuhi persyaratan inilah bukan saja Muhammadiyah tetapi semua gerakan sosio-politik yg ada di tanah air harus membentuk sebanyak mungkin organisasi-organisasi penunjang. Selain organisasi-organisasi mahasiswa dgn dasar keislaman itu juga terdapat tiga buah yg lain ialah Gerakan Nasional Mahasiswa Indonesia yg bertlian langsung dgn Partai Nasional Indonesia Gerakan mahasiswa Kristen Indonesia sebuah organisasi merdeka yg mewakili mahasiswa-mahasiswa Kristen Protestan dan Pesatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia juga sebuah organisasi merdeka yg mewakili mahasiswa-mahasiswa katolik. Tahun 1973 sebuah organisasi pemuda lahir yaitu Komite Naional pemuda Indonesia . Komite ini semula didirikan sebagi suatu badan penasihat pemuda utk menggalakan program keluarga berencana pemerintah. Namun kemudian berkembang menjadi sebuah badan dgn tujuan lbh luas sebagai member tetap bagi semua pemuda Indonesia utk memperbincangkan semua masalah nasional. Bidang perhatian dan keanggotan yg meluas ini kemudian harus tertampung di dalam anggran dasar KNPI. Namun sementara orang berpendapat KNPI merupakan sebuah organisasi yg dgn sengaja dididrikan oleh pemerintah utk mengarahkan para pemuda serta kegiatan politik mereka agar tetap dapat dikendalikan sebaik-baiknya. Terdapat kecurigaan kuat bahwa pada akhiranya pemerintah akan melaksanakan peleburan berbagai organisasi pemuda dan mahasiswa itu ke dalam KNPI menurut pola peleburan berbagai partai politik menjadi dua golongan politik utama. Sebagai suatu kelompok yg mewakili perseorangan dan bukan organisasi KNPI mempersatuakan keanekaragaman pemuda Indonesia itu. KNPI terlalu rapuh utk dapat bergerak bebas dari pemerintah. Kegiatan Bidang Politik Tak lama sesudah HMI berdiri dalam tahun 1947 berlangsunglah perundingan Linggarjati. HMI dan Masyumi menanggapinya berbeda hal ini mencerminkan perbedaan yg mendasar antara kedua organisasi tersebut. HMI membenarkan hasil perundingan sebagai sesuatu yg mungkin menyebabkan penyerahan kedaulatan terjadi melalui jalan damai sedangkan Masyumi tidak memberikan persetujuannya. HMI memberikan penilainnya yg bebas penuh pertimbangan menyadari pertentangannya dgn Masyumi yg pada saat itu masih mewakili kedudukan politik seluruh umat. Desember 1947 Aksi Militer I itu berakhir dan Perundingan Renville antara pemerintah Belanda dan Indonesia berlangsung. Diputuskan olehnya bahwa daerah hukum Indonesia diciutkan menjadi sebagian kecil Jawa dan seluruh Sumatera. Lebih dari itu Republik Indonesia harus mengakui kedaulatan Belanda atas pulau-pulau sisanya. Republik Indonesia akan menjadi salah satu di antara anggota-anggota Negara Indonesia Serikat. Berdasarkan alasan inilah HMI bersama-sama dgn Masyumi dan bagian terbesar golongan politik yg lain menolak keputusan-keputusan Perundingan Renville. Di luar dugaan umum kaum komunis dan golongan sayap kiri lainnya terdorong oleh hasratnya yg kuat utk merebut kekuasaan pemerintah mendukung hasil-hasil perundingan. Sesudah penyerahan kedaulatan pada 30 Desember 1949 ibu kota Republik Indonesia dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta. Masa setelah penyerahan kedaulatan ditandai dgn ketenangan politik dan kewajaran dan HMI pun memalingkan perhatiannya kepada usaha utk mempersatukan kembali umat yg telah terpecah-belah. HMI tidak mendukung partai politik Islam tertentu apa pun tetapi mendorong anggotanya utk memilih menurut nurani masing-masing . Tahun 1958 terdorong terutama oleh rasa ketidakpuasan yg mendalam terhadap cara pemerintah pusat di dalam menangani pemerataan kesejahteraan ekonomi pemerintah-pemerintah daerah di Sumatera dan beberapa daerah di Sulawesi bersama dgn sekutu mereka di dalam angkatan bersenjata melancarkan suatu pemberontakan. Mereka mengumumkan berdirinya pemerintah baru yg disebut Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera dan PERMESTA di Sulawesi. Pemerintah-pemerintah ini sangat anti komunis dan bersimpati terhadap dunia Barat. Beberapa pimpinan Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia bergabung dgn pemberontak tetapi HMI tidak terlibat. Bergulat dalam keadaan sukar seperti ini HMI mengeluarkan sebuah pernyataan tentang ketidaksetujuannya terhadap pembentukan pemerintahan baru itu. Ia pun menegaskan bahwa Masyumi sebagai partai tidak harus dipersalahkan krn dukungannya terhadap pemberontakan tersebut. Karena pembatasan-pembatasan terhadap semua kegiatan politik oleh pemerintah nasional yg meluas itu tidak banyak yg bisa diperbuat oleh HMI demi kepentingan kemerdekaan politik. Tahun 1960 ketika Masyumi dilarang pada kongresnya yg ke-6 HMI hanya mencetuskan hal-hal penting yg secara politik tidak menimbulkan pertentangan sebagai dasar bagi programnya seperti berikut
    Tetap setia kepada Islam dan tanah air Indonesia.
    Meneruskan kepemimpinanya di tengah umat umumnya dan meneruskan pertanggungjawaban utk memepersatukan anasir yg beraneka ragam di dalam umat.
    Melanjutkan kepemimpinan di tengah-tengah gerakan mahasiswa Indonesia.
    Melanjutkan penyiarana-penyiaran azas-azas masyarakat keislaman di tengah masyarakat Indonesia khususnya. Dengan mendukung Presiden Soekarno jelas bahwa HMI mengambil langkah politik secara hati-hati. Keberhasilan Presiden Soekarno membubarkan Masyumi menunjukan betapa sia-sianya penentangan politik. Dan dikembalikannya Partai Komunis ke dalam kehidupan politik menunjukan betapa jauh langkah yg dipersiapkan utk mempermantap kekuasaan pribadinya. Sesudah Masyumi dibubarkan Presiden Soekarno tidak mendengar suara tantangan politik dari kalangan umat. Padahal sebenarnya kaum muslim tradisionalis seperti mislanya yg ada di tubuh Nahdatul Ulama PSSI dan perti tidak mempunyai wawasan revolusioner namun mereka berkerumun di sekitar program revolusioner Pesiden Soekarno. Yang menarik perhatian lbh lanjut ialah bahwasanya Presiden Sukarno sebagai seorang revolusioner yg cukup pragmatis dan seorang ahli siasat yg cukup cakap berhasil mengekang baik kaum komunis maupun kaum muslimin tradissional demi kepentingan suatu kekuasaan yg tak satu pun di antara keduanya itu mampu mengendalikannya. Kampanye Presiden Soekarno utk menjebol kekutan apa yg di dinamakan olehnya “neo-kolonialisme” dan utk memebersihkan semua perlawanan terhadap pemerintahnya memuncak pada siasatnya utk menggabungkan semua kekuatan revolusioner yaitu pro Pesiden Soekarno ke dalam Nasakom kependekan dari Nasionalisme Agama dan Komunis.
    Gagasan Nasakom Presiden Soekarno ini pada dasarnya berakar dari warisan kebudayaan jawa yg merupakan campuran selaras dari semua anasir yg berbeda-beda menjadi menjadi satu sistem yg manunggal. Namun demikian sebagaimana peristiwa-peristiwa selanjutnya menunjukan bahwa kaum komunis yg sama pragmatisnya dgn Presiden Soekarno itu menerima Nasakom dgn sikap utk pada akhirnya tampil sendiri di atas tampuk kekuasaan. Mengingat bahwa Presiden Soekarno tanpa kesulitan berhasil membubarkan Masyumi kaum komunis dan golongan sayap kiri lainnya melancarkan serangan politk terhadap HMI dan mendesak Presiden Soekarno utk membubarkan HMI sebagai organisasi reaksioner yg berbahaya serta berwatak sama seperti Masyumi. Dalam salah satu pidatonya ketua partai komunis ketika itu dgn tegas menuntut pembubaran HMI dan agar pembubarannya itu harus dilaksanakan serentak dgn pembubaran Masyumi. Sejak saat pemberontakan Madiun kaum Komunis memendang HMI sebagai musuh dgn corak yg sama dgn Masyumi. Karena itu mereka berhasrat menghancurkan organisasi ini secepat-cepatnya dan dgn demikian dapat mengayun langkah stragis lbh lanjut menuju cita-cita kekuasaan Komunis. Serangan kaum komunis itu berupa tuduh-tuduhan yg dikobarkan baik oleh partai maupunn organisasi mahasiswa Komunis bahwa HMI seperti halnya Masyumi bertentangan dgn sila-sila Pancasila terlibat berat dalam pemebrontakan kedaerahan bahwa HMI anti Soekarno anti Nasakom dan bahkan sebagai agen CIA HMI berpihak kepada Malaysia dalam pertikainnya dgn Indonesia. HMI juga dituduh memberikan dukungan penuh terhadap gerakan Darul Islam. Bekerja sama dgn golongan sayap kiri di dalam tubuh gerakan mahasiswa nasionalis mahasiswa komunis ini bekerja membanting tulang utk mengeluarkan HMI dari segala kegiatan kemahasiswaan di kampus-kampus. Gerakaan anti HMI ini kendatipun meluas di seluruh tanah air namun yg paling mempan adl di Jawa Timur. Orang yg bertanggung jawab sepenuhnya di dalam rencana tempur ini Dr. Ernsk Utrecht seorang keturunan Belanda-Indonesia ketika itu Utrecht adl Profesor dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya di Jember Jawa Timur. Walaupun resminya bukan seorang anggota Partai Komunis Indonesia ia tegabung dalam sayap kiri Partai Nasional Indonesia namun dari kuliah-kuliahnya ia sangat dikenal sebagi seorang yg berwawasan idiologi anti agama. Tekanan yg ditimpakan kaum komunis dan golongan sayap kiri lainnya terhadap HMI itu mencapai puncaknya dalam tahun 1964 setahun menjelang percobaan kup tahun 1965. Selama masa ini atas prakarsa sendiri Dr. Utrecht mengeluarkan sebuah pengumuman yg melarang HMI ikut serta di dalam kegiatan apa pun di fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Mengingat kekutan HMI yg tak berkurang di hadapan sayap kiri itu pengumuman pembubaran Utrecht tersebut jelas tidak meyakinkan. Pemerintah pusat Presiden Sukarno khususnya bukannya memenfaatkannya tekanan sayap kiri itu malahan membiarkan HMI tetap bebas bergerak atas dasar pertimbangan bahwa HMI bukan suatu gerakan politik yg dapat mengancam ushanya utk mempersatukan bangsa dan negara. Oleh krn itu tindakan Dr. Utrecht tersebut disambut dgn gelombang amarah dari berbagi golongan Islam dari organisasi-organisasi mahasiswa dan nonkomunis lainnya dari pemerintah pusat dan dari beberapa orang perwira tinggi angkatan darat. Ketika Masyumi dilarang golongan-golongan politik dan sosial Islam lainnya mengambil sikap diam tetapi kali ini anggota-anggota Nahdatul Ulama PSII Perti bersama-sama menytakan diri siap berkorban jiwa raga apabila perlu demi kelangsungan hidup HMI. Melalui seorang utusan Presiden Sukarno berpesan agar HMI meneruskan kegiatan-kegiatannya. Jenderal Ahmad Yani ketika itu panglima angkatan Darat yg kemudian terbunuh dalam kup komunis yg gagal tahun 1965 menyatakan keyakinannya tentang kesetiaan dan kebulatan HMI dalam mengabdi demi kepentingan tanh air. Seperti Muhammadiyah walaupun HMI adl sebuah kelompok pembaharu di dalam umat namun bukanlah suatu partai politik. Lebih Dari itu terdapat banyak Perwira Tinggi yg berpengaruh di dalam tubuh angkatan darat adl para alumni HMI. Mereka ini pun telah mempengaruhi Presiden Soekarno utk tidak mengambil tindakan terhadap HMI. Di pihak lain Dr. Utretcht dgn menggunakan dalih serupa yg telah dikenakan terhadap Masyumi sebelumnya menyatakan pelarangannya terhadap HMI sebagai gerakan reaksioner yg juga telah disusupi sangat mendalam oleh gagasan kapitalis. Tindakannya itu telah membelah dua kubu di kalangan para profesor di Jember seperti halnya di kalangan mahasiswa. Hal ini membawa akibat di antara dua kelompok yg saling berlawanan itu menjurus ke arah terjadinya duel kekuatan secara fisik. Pemerintah pusat memecahkan masalah ini dgn segera memindahkan Pofesor Utrecht dan para professor yg dgn gigih berpihak kepada HMI pada jabatan-jabatan pengajar di berbagai tempat di Jawa. Kendatipun demikian kaum komunis tak pernah menghentikan mereka agar HMI dibekukan secara nasional terus-menerus sampai pada saat kup yg gagal dalam tahun 1965 itu. Pada saat kup terjadi dan disusul dgn kemenangan politik Angkatan Bersenjata khususnya Angkatan Darat piihak yg menang ini mendapat dukungan bersemangat dari goglongan Islam dan golonan agama lainnya. Golongan Islam yakin bahw Tuhan telah meridhai kemenangan nasional terhadap pemerontak-pemberontak kaum komunis yg ateis itu. Seperti juga pada saat pemberontak Madiun HMI bersatu di belakang angkatan darat dan berjuang utk menghancurkan kaum komunis. Dilaporkanlah dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur bahwa pembunuhan besar-besar merupakan peristiwa sehari-hari. Tak seorang pun yg dapat memberikan perkiraan yg mendekati kebenaran tentang berapa banyak rakyat yg terbunuh selama pergolakan terjadi. Polongka seorang ilmuwan politik yg memiliki banyak pengalaman tentang perkembangan politik di Asia Tenggara memperkirakan sebanyak 150.000 sampai 300.000 jiwa terbunuh yg dikatakannya tidak dapat mengubah kenyataan bahwa baik sifat maupun luasnya pembunuhan sedemikian rupa sehingga hanya akan meninggalkan warisan luka yg berlangsung lama bagi beratus-ratus ribu manusia. Dikatakan pula bahwa konon pembunuhan-pembunuhan tersebut dilakukan oleh pasukan khusus angkatan darat sebagai tindakan tegas balas dendam atas kekejaman serupa yg dilakukan oleh kaum komunis terhadap pejuang sipil anti komunis itu yg terdiri dari anggota-anggota HMI anggota-anggota organisasi pemuda yg tergabung dalam Nahdatul Ulama anggota-anggota Muhamadiyah dan di sementara daerah juga anggota-anggota pemuda Katolik dan organisasi-organisasi mahasiswa lainnya. Sesudah kup dan peristiwa kelanjutannya Dewan Pimpinan Pusat HMI kemudian menyampaikan sebuah pernyataan tentang peristiwa tersebut kepada pimpinan militer nasional dgn pokok-pokok masalah sebagai berikut
    Partai Komunis Indonesia adl dalang utama kup yg gagal itu.
    Seluruh barisan Islam harus bersatu di bawah pimpinan Nahdatul Ulama utk mengutuk kaum komunis beserta simpatisan-simpatisannya.
    Mutlak perlu Partai Komunis Indonesia dibubarkan.
    HMI siap dgn segala daya membantu pelaksanaan pembubaran Partai Komunis Indonesia itu. Bersamaan dgn itu HMI bekerja utk memulihkan hak menyatakan perbedaan pendapat dan pemerintah yg demokratis yg telah ditindas selama kekuasaan Presiden Soekarno. Agar Orde Baru terlaksana HMI bekerja sama dgn organisasi-organisasi mahasiswa nonkomunis lainnya membentuk sebuah arena persatuan yg dikenal dgn nama KAMI kependekan dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia pada tanggal 25 Oktober 1965 di Jakarta. Organisasi-organisasi mahasiswa Protestan dan Katolik juga giat di dalam barisan mahasiswa ini. Dengan perantara KAMI yg dalam bahasa Indonesia perkataan ini juga berarti kita kata ganti orang ke-1 jamak utk dihadapkan dgn kamu dan mereka kata ganti orang ke-2 dan ke-3 jamak HMI dan golongan-golongan anti komunis lainnya memisahkan diri secara tegas dari golongan-golongan mahasiswa dan partai politik sayap kiri orde lama. Pada tanggal 10 Februari 1966 melalui KAMI dalam suatu demontrasi raksasa di kampus Universitas Indonesia di Jakata HMI menuntut agar Presiden Soekarno segera mengmbil tindakan utk membubarkan Partai Kominis Indonesia dan semua organisasi-organisasi mantelnya. Disamping itu mereka pun menuntut turunya harga-harga barang kebutuhan hidup pokok. Juga dituntut agar menteri kabinet Presiden Sukarno yg condong ke komunis di copot. Timbulnya “orde baru” juga dikenal sebagai masa kebangkitan angkatan 66 yg ditandai oleh suatu kejujuran baru dan keterbukaan. Sebulan sesudah demontrasi kampus tersebut Presiden Soekarno mengabaikan tuntutan KAMI malahan membentuk kabinet baru dgn membawa beberapa orang yg dikenal sebagai simpatisan komunis yg dicurigai terlibat di dalam kup yg gagal itu. Rangsangan Presiden Soekarno ini memancing protes amarah baru kalangan mahasiswa yg didukung oleh angkatan darat. Sekali lagi KAMI di piminoleh HMI melancarkan demontrasi besar-besaran. Kali ini bergerak dari kampus langsung menuju ke gerbang istana presiden. Di sini mereka mengulangi tutunannya agar Pesiden membubarkan Partai Komunis. Tetapi sekali lagi suara mereka tak mempan. Akibatnya terjadi bentrokan kekerasan antara mahasiswa dgn pasukan pengawal istana yg menimbulkan korban dua orang mahasiswa tewas. Presiden Soekarno mengobarkan pertentangan mengenai komunisme sampai ke titik didih yaitu dgn tindakannya yg paling akhir pembubaran KAMI yg mengakibatkan para mahasiswa dan golongan anti-komunis lainnya mengamuk. Ini adl peristiwa terakhir yg menghabiskan kesabaran angkatan darat. Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno akhirnya menyerahkan kekuasaan pemerintahannya kepada Jendral Soeharto. Untuk memulihkan ketertiban dgn cepat jendral-jendral bertindak melaksanakan tuntutan yg meluas utk membubarkan partai Komunis dgn semua anak organisasinya. Seperti sudah dikemukakan terdahulu dalam suasana baru ini bagian terbesar golongan Islam berhasrat utk membangun kembali partai Masyumi. Tetapi usaha itu gagal. Tak lama setelah kegagalannya itu dgn dukungan HMI pemerintah mengesahkan berdirinya Parmusi. Dalam hal ini HMI menyokong golonan pembaharu yg berpendirian lunak terhadap golongan yg lbh keras. Dalam pemilihan umum 1971 partai politik Islam yg tampil dalam satu wadah persatuan gagal memenangkan bagian terbesar suara. Dari sejak tahun 1970 dan seterusnya dgn dalih memberi tempat istimewa pada pembangunan ekonomi pemerintah membatasi semua kegiatan politik. Pembatasan ini berhasil membendung kegiatan politik HMI sedemikian rupa sehingga ketika PPP dibentuk tak ada jalan lain kecuali harus mendukung penggabungan itu. Dalam kongresnya pada than 1976 HMI menyerukan anggota-anggotanya utk mengikuti pemilihan umum tahun 1977 sebagai pemilih-pemilih bebas. Walaupun demikian sudah barang tentu mereka diingatkan utk memberikan suaranya sejalan dgn asas-asas HMI dan keislaman. Oleh karenanya Akbar Tanjung ketua HMI pada masa lalu berkampanye utk golkar sedangkan Ridwan Saidi juga bekas ketua HMI berkampanye utk PPP. Kedudukan Idiologi HMI HMI digolongkan dalam gerakan muslim dgn corak modern yg sekular. Hal ini krn HMI terutama terdiri dari para mahasiswa dgn latar belakang kota yg memsuki lembaga-lembaga sekular di sekolah tinggi. Mereka ini termasuk orang-orang yg berminat dan terkadang sangat berminat terhadap agamanya tetapi yg dalam berbagai hal tidak senang dgn azas-azas kepercayaan tradisional dan dgn desakan pandangan kaum kolot tentang kesucian lembaga-lembaga kemasyarakatan tradisional di dalam dunia muslim. Namun demikian dalam perkembangan terakhir sangat banyak jumlah mahasiswa dari lembaga-lembaga pendidikan keagamaan Islam yg menjadi anggota HMI termasuk mahasiswa dari IAIN di berbagai kota besar seperti Jakarta Yogyakarta dan Surabaya. Kritik terhadap Posisi HMI dari dalam Kalangan Muslim Pembaharu Gagasan pembaharuan yg dilancarkan oleh HMI nampaknya tak berpengaruh apa pun bagi kalangan kaum tradisionalis. Gagasan-gagasan baru HMI utk pembaharuan itu telah menimbulkan pengaruh yg mengejutkan bagi kehidupan umat di Indonesia dan sampai batas-batas tertentu membangkitkan amarah baik di kalangan pemimpin muda maupun tua di kalangan arus umum muslim pembaharu. Bersama tokoh-tokoh itu gagasan Hamka dan Natsir keduanya merupakan pemimpin-pemimpin terkemuka di kalangan kaum muslimin pembaharu. Gagasan pembaharuan yg benar harus merupakan gagasan yg sekaligus akan menciptakan kesatuan sejati umat muslimin yg dgn sepenuh kepercayaan serta kebulatan hati berpegang pada syariat Islam. Sebagai akibat pembaharuan yg benar ialah bahwa hanya sejumlah kecil umat saja yg akan berkerumun di bawah panji-panji itu. Banyak kecaman terhadap gagasan-agasan HMI dan Madjid mantan ketua HMI itu tentang sekularisasi seperti arus umum kaum pembaharu lainnya bahwa sesungguhnya di dalam Islam orang tidak memerlukan sekularisasi krn pada hakikatnya Islam bukan saja sebuah agama tetapi suatu pandangan hidup yg lengkap. Dalam kerangka pikiran seperti ini Islam memerintahkan para pemeluk utk mengemban tanggung jawab duniawi dalam masalah-masalah duniawi dan akhirat sesuai dgn perintah-perintah Allah SWT. Oleh Karena itu seluruh kegiatan manusia adl utk menyembah dan menghamba bagi Allah SWT. Inti masalahnya ialah bahwa di dalam hubungan antara manusia dgn Tuhan seperti hubungan antara seorang hamba atau abdi dgn Tuhannya. Atas dasar ini Ansyari berpendapat bahwa gagasan Madjid tentang desaklarisasi atas semua masalah dan nilai keduniawian berarti mengingkari tanggung jawab terhadap perintah Allah SWT dan dgn demikian merupakan perbuatan seoarang yg tak beriman atau kufur. Madjid berpendapat bahwa sekularisme merupakan suatu pendangan dunia menyempit yg dapat menjadi suatu agama baru sedangkan sekulariassi berarti bahwa nilai-nilai duniawi harus dipandang dalam arti empiris yg terpisah dari pengaruh suatu agama atau metafisika apa pun. Bagi Madjid menjadi sekular sama sekali tidak berarti tanpa Tuhan. Walau bagaimanapun arti sekular itu diutak-atik tetap menunjukkan kepada kebebasan. Bagaimana mungkin seorang yg dgn kebebasan dalam arti sekular menurut Madjid adl orang yg bertakwa menurut kaca mata Alquran dan sunah. Sedangkan mendekatkan diri kepada Allah SWT dgn kebenaran dari kaca mata agama Islam menghendaki adanya pertentangan dgn arus zaman yg menunjukkan semakin rusak dan bebas. Rasyidi yg pernah menjadi Profesor hukum Islam Universitas Indonesia berpendapat bahwasanya sekularisme sebagai agama baru secara historis dikemukakan oleh G. S. Holyoake di Inggris. Gagasanya menimbulkan agnostisisme yg mempersoalkan eksistensi kekuatan-kekuatan dan perikeadaan dunia lain. Patut diperhatikan tentang pemahaman Rasyidi terhadap pekembangan sekularisme di dalam sejarah dunia Barat selama abad ke-19 yg telah menimbulkan zaman baru di dalam hubungan antara gereja dan negara. Ia yakin bahwa kecenderungan ke arah sekularisme telah terjadi lama jauh sebelum Holyoake mengemukakan hal istilah itu sendiri. Selama Renaisans sekularisme telah mempunyai pengaruh yg mendalam atas humanisme dan reformasi. Pada ketika itu pemisahan agama dari politik merupakan suatu gerakan yg masih akan tumbuh dan baru berkesampatan terwujud sepenuhnya dalam abad-abad ke-19 dan ke-20. Rasyidi juga menyadari bahwa sekularisme dan sekularisasi membawa pengaruh yg merugikan bagi ajaran-ajaran dan kepentingan Islam. Karena itu keduanya harus diberantas. Baginya gagasan pembaharuan HMI seperti yg di pelopori oleh Nurkholis Madjid hanyalah benar sampai batas utk membebaskan kebebasan kaum muslimin dari kebodohan keagamaan. Tetapi yg mengcewakan baginya ialah bahwa mereka telah menempuh jalan yg salah dan berbahaya yaitu sekularisasi utk melaksanakan rencana-rencana mereka. Bukanlah soal betapapun indah kedengarannya istilah itu bagi telinga manusia modern tetapi sekularisasi tak dapat diterapkan dalam Islam krn istilah itu sendiri tumbuh dari dan hanya berlaku bagi tata kehidupan Barat dan orang Kristen. Rasyidi bukannya berbicara tentang sekularisasi dan sekularisme tetapi ia mengajak Madjid dan HMI utk mencurahkan waktu dan tenaganya pada masalah mencari tenaga pimpinan-pimpinan baru yg dididik utk menghafal fikih demikian juga utk menguasai tafsir fikih abad ke-10 sampai abad ke-15 ditinjau dari zaman modern dan tuntutan-tuntutannya. Ia juga menyesal bahwa Madjid dan HMI tidak menyadari tentang akibat negatif yg ditimbulkan oleh sekularisassi yg melampaui batas. Baik Rasyidi maupun Ansyari memberikan ulasnnya terhadap beberapa konsep Alquran yg dipakai oleh HMI dan Madjid utk gagasan mereka tentang pembaharuan. Dan hal utama di antara konsep-konsep itu ialah pemahaman tentang iman dan amal saleh. Definisi Madjid tentang iman merupakan kepercayaan yg kukuh terhadap Tuhan dan merupakan suatu sikap penerimaan terhadap Tuhan. Rasyidi merasa bahwa definisi ini menyesatkan krn dalam pemahamnnya ini iman terutama menunjuk kepada pengalaman keagamaan manusia secara pribadi. Devinisi ini tidak sesuai dgn pemahaman Islam yg sebenarnya tentang iman sebagai kepercayaan yg timbul dari rasa takut terhadap Tuhan. Bagi Rasyidi pemahaman Madjid terhadap perkataan ini lbh mencerminkan mistikisme penduduk asli Jawa daripada pemahaman Islam yg sebenarnya. Jika orang harus mengikuti jalan pikiran Madjid pastilah ia akan terbawa utk mecari kesatuan dgn Tuhan hal yg dilarang keras dalam Islam. Rasyidi berusaha menunjukan bahwa Madjid tidak memiliki pengetahuan yg baik mengenai konsep-konsep agama Islam. menurut dia istilah amal saleh menekankan sifat moral dari hubungan manusia dgn sesamanya sebagai suatu manifestasi kepercayaannya terhadap satu Tuhan. amal saleh berarti pertama-tama berbuat baik pada Tuhan dan kemudian terhadap sesama manusia sesuai dgn perintah yg di berikan oleh Tuhan di dalam syariat. Dasar yg kokoh bagi manusia utk menjalankan amal salehnya ialah salat-salat wajib sebagai salah satu rukun Islam. Hanya dgn menjalankan hal-hal inilah manusia menjadi kebal terhadap kejahatan dan dosa dgn jalan demikian pula hubungan yg kukuh antara iman dan amal saleh dapat dibangun di dalam pengertian Islam yg benar tentang perkataan-perkataan tersebut. Menurut Rasyidi Madjid banyak meminjam kepada W. Cantwell Smith utk pemahamannya tentang agama. Sementara ia mengakui lingkup pengetahuan Smith yg luas tentang Islam ia pun menyatakan kekecewaannya bahwa Smith tak pernah memperoleh kesempatan utk melakukan telaah secara mendalam tentang fikih dan tidak pernah mengerti arti penting fikih bagi kaum muslimin dalam tiap-tiap generasi guna menanggulangi tuntutan zaman yg sedang berubah. Andai kata dia mempunyai kesempatan seperti itu Rasyidi berpendapat ia tentu akan dapat menilai kekuatan fikih serta masa berlakunya yg tahan lama dalam memecahkan masalah-masalah yg dihadapi oleh kaum muslimin di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Bagi Ansyari amal saleh juga berarti melakukan segala sesuatu yg baik dalam pandangan Allah SWT. Daripada membuat perbedaan yg tajam antara iman dan amal saleh menurut Ansyari yg pertama yakni iman seharusnya menentukan kualitas yg kedua yaitu amal saleh agar memperoleh perkenaan dari Allah SWT. Muhammad Natsir pada suatu kesempatan mengucapkan sebuah pidato di depan HMI. Dalam pidatonya yg di ucapakannya itu sangat jelas dirasakannya bahwa ketaatan terhadap gagasan sekularisasi akan berakibat seperti apa yg pernah disebut Nabi sebagai cinta terhadap dunia yg mementingkan diri sendiri di mana mati merupakan suatu keadaan yg menakutkan. Menurut Natsir orang yg berpandangan keduniawian seperti ini akan berusaha mencari keni’matan duniawi selama masa kehidupannya dan cita-cita yg paling luhur. Ia tidak akan segan utk mengorbankan kebenaran demi keuntungan pribadi agar dapat hidup dgn senang di dunia ini. Perbuatan demikian ini akan bertentangan dgn ajaran Islam yg di dalamnya menyuruh orang agar melakukan kegiatan-kegiatan duniawi dgn sungguh-sungguh sejalan dgn perintah dan kehendak Tuhan. Pada kesempaan lain lagi tanpa menyebut nama Madjid dan HMI Natsir mengatakan bahwa menurut Islam orang memang harus masuk ke dalam kelompok orang-orang yg di dalam salah satu hadits Nabi dinamakan sebagai “orang-orang asing” . Kalimat ini menunjuk adanya bahaya nyata yg harus dipikul seseorang dibenci dan dikejar-kejar oleh tetangga-tetanganya apabila dia tetap setia kepada kebenaran Tuhan. Dalam pidato yg sama juga tanpa menyebut nama Natsir tegas-tegas memperingatkan para hadirin bahwa tiap langkah yg diambil utk pembaharuan haruslah sejalan dgn kepentingan serta watak umat yg luhur. Natsir menyatakan bahwa empat kekuatan pokok memberikan ciri bagi orang-orang di dalam umat orang harus menjadi pribadi yg baik orang harus berkualitas mampu menarik orang-orang lain utk berbuat baik orang harus menghindari perbuatan jahat dan akhirnya orang harus percaya kepada Tuhan. Maka di dalam pikiran Natsir jelaslah bahwa utk mempertahankan kesatuan umat utk melindunginya dari tiap serangan atau pengaruh jahat orang harus menunaikannya di dalam umat di mana dan bagaimana orang dapat hidup sesuai dgn empat ciri-ciri yg di ridhai Tuhan ini. Hamka sebagai seorang pemimpin yg telah lama mengabdi keapada gerakan Muhammadiyah melancarkan serangan yg bahkan lbh keras terhadap sekularisasi yg di pelopori oleh Nurkholis Madjid dan HMI. Suatu gerakan utk pembaharuan ia berpendapat tidak perlu bertujuan utk memperbaharui seluruh bangunan Islam agar dapat diterima oleh tuntutan serta kebutuhan manusia di dunia modern. Menurut pendapatnya lbh baik gerakan itu merupakan pembaharuan yg didasarkan atas gagasan salaf yg mengajak kembali kepada Alquran dan hadis sebagai satu-satunya jalan pembaharuan Islam yg dapat dipertangungjawabkan. Atas dasar pandangan seperti itu Hamka berpendapat bahwa bahwa semua diskusi tentang sekularisasi dan modernisasi dewasa ini merupakan suatu daya upaya baru dunia Barat utk melaksanakan suatu bentuk baru kolonialisme yaitu kolonialisme idiologi atau dalam kata-kata Hamka sendiri ghazwul fikr. Menurut Hamka kolonialisme politik sudah tamat riwayatnya. Bahkan sampai saat ini pun pihak Barat-Kristen masih memandang Islam dan dunia muslim sebagai musuh nomor satu yg harus dihadapi. Termasuk di dalam kolonialisme idiologi ini sebagaimana Hamka melihatnya selain dari memperkanalkan sekularisasi dan modernisasi juga perjudian pelacuran dan tempat-tempat plesiran dan lain-lain belum lagi dikatakan mengenai gagasan-gagasan politik dan ekonomi seperti kapitalisme dan komunisme. Bagi Hamka kolonialisme ideologi ini telah menyusup dalam-dalam pada semua segi kehidupan kaum muslimin oleh karenanya ia telah memperingatkan mereka agar selalu waspada dan berpegang teguh pada ajaran-ajaran Alquran dan hadis. Menunjuk pada keteledoran moral pada pandangan keagamaan Madjid seseorang yg bernama Muhammad Syamsuri dari Jawa Timur mengirimkan sepucuk surat krn redaksi majalah Panji Masyarakat yg mengatakan bahwa ia heran dan terkejut sesudah membaca karangan Madjid tentang perjudian. Dalam karangnnya itu Madjid berpendapat bahwa perjudian tidak tegas di larang di dalam Islam dan malahan dapat dibenarkan jika perjudian tersebut terutama digunakan utk tujuan-tujuan sosial yg dapat diterima atau jika dari padanya diperoleh pendapatan bagi pemerintah. Syamsuri merasa bahwa pendapat Madjid adl akibat dari peangetahuannya yg miskin tentang ajaran-ajaran Islam. Tokoh lain ialah Syamsurijal juga dari Jawa Timur mengeluh bahwa pendirian Madjid dan HMI tentang politik pembaharuan telah menimbulkan pertentangan kepentingan antara HMI dan kepentingan umum ummat. Menurut pendapatnya HMI menginginkan penghapusan kekuatan politik Islam agar menjadi lbh dapat diterima oleh golongan-golongan sosial dan keagamaan lain di dalam negeri. Pengahapusan politik ini dirasakannya akan membawa HMI tersesat dari tujuannya semula yaitu menjadi organisasi utama yg bertanggung jawab utk mencari kader bagi pimpinan umat di hari depan. Menurut Syamsurijal HMI tampaknya takut utk menggunakan identitas Islamnya dalam melancarkan gagasan-gagasan pembaharuan itu. Mereka tidak ingin dipertalikan dgn usaha-usaha utk mengembalikan Jakarta Charter. Dengan perbuatannya yg demikian itu HMI membuka diri sendiri sebagai suatu oraganisasi yg tanpa kepercayaan diri. “HMI pertama-tama merupakan sebuah oraganisasi mahasiswa yg di dasarkan atas Islam” kata Boen Yan Saptomo seoarang bekas anggota HMI lainnya. Oleh karenanya jangan melibatkan diri di dalam masalah-masalah politik seperti sekularisai modernisasi dan lain-lain. Walaupun HMI tidak pernah menyatakan diri sebagai sebuah oraganisasi politik namun dgn memelopori gagasan itu sebenarnya HMI telah terlalu banyak ikut serta di dalam masalah-masalah politik praktis. Saptomo juga khawatir melihat kenyataan bahwa dalam akhir tahun-tahun ini HMI sudah dan masih terus terlalu banyak menaruh minat terhadap usaha-usaha kerja sama dgn organisasi-organisasi mahasiswa lain. Hal ini juga merupakan penjelasan atas semboyan yg di pilihnya “Dalam kebinekaan kita bangun hari depan” sebagai tema pokok kongres mereka tahun1976. Menurut pendapatnya dgn alasan itulah HMI sedang dalam perjalanan meninggalkan umat. Agar tetap setia kepada umatnya yg semula Saptomo mendesak keapda HMI agar lbh banyak memperhatikan kegiatan-kegiatan kampus demikian pula bekerja pula utk menciptakan intelektual ulama dan ulama intelektual. Dengan melakukan hal-hal seperti ini HMI akan memulihkan kembali suatu kepribadian yg berimbang bagi kehidupan para anggotanya dan yg pada gilirannya akan bermanfaat bagi seluruh umat. Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
    sumber : file al_islam.chm
                   http://blog.re.or.id/

1 komentar:

Musfankholif mengatakan...

Assalamualaikum
Saya mau bertanya kenapa harus himpunan bukan yang lain ?

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Popular Posts

Blogger Themes

Copyright © 2012. blog arief - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Bamz